Sebagai negara yang memiliki banyak gunung berapi dan tidak jarang terjadi erupsi serta mengingat besarnya dampak yang terjadi, maka sangat diperlukan manajemen bencana yang baik. Koordinasi sektor yang terlibat dalam manajemen bencana termasuk kluster kesehatan dibutuhkan, terutama untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman dan risiko yang berpotensi menimbulkan bencana. Ancaman dan risiko pada kluster kesehatan akibat erupsi gunung berapi yang terjadi dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.
Salah satu pendekatan yang diajukan Ika Rahmawati dalam penelitian disertasinya adalah tata kelola bencana melalui smart governance. Penerapan smart governance merupakan strategi dalam mewujudkan kondisi yang ideal dengan bertransformasi menjadi lebih kuat, mandiri, sejahtera dan demokratis. Smart governance membantu lembaga atau badan publik dalam pengelolaan organisasi yang lebih sistematis dan akan berdampak pada kualitas pelayanan.
Melalui disertasi yang dipertahankan dalam sidang Ujian Doktor Terbuka pada tanggal 14 Agustus 2023 dan mengantarkannya memperoleh gelar Doktor di bidang Kesehatan Masyarakat tersebut, Ika Rahmawati mengembangkan model manajemen risiko bencana berbasis smart governance dalam kesiapsiagaan kluster kesehatan dalam menghadapi erupsi gunung berapi. Penelitian pengembangan ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu penelitian eksplanatorik, diskusi kelompok terarah, dan praeksperimen.
Pada tahap pertama, pengembangan model struktural yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, diketahui bahwa starting condition mempengaruhi kesatuan tindakan, pembagian kerja, disiplin, dan collaborative dynamic; fasilitative leadership mempengaruhi pembagian kerja dan disiplin; institutional design mempengaruhi kesatuan tindakan dan collaborative dynamic; collaborative dinamic mempengaruhi disiplin,; kesatuan tindakan mempengaruhi collaborative process; disiplin mempengaruhi collaborative process; dan akhirnya collaborative process mempengaruhi kesiapsiagaan.
Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama, pada tahap kedua dikembangkan model intervensi melalui kegiatan diskusi kelompok terarah dan diskusi pakar, dihasilkan modul manajemen risiko bencana berbasis smart governance. Modul tersebut diaplikasikan pada penelitian tahap ketiga dalam bentuk pelatihan manajemen risiko bencana berbasis smart governance. Evaluasi hasil pelatihan menunjukkan bahwa manajemen risiko bencana berbasis smart governance dapat meningkatkan kesiapsiagaan kluster kesehatan dalam menghadapi erupsi gunung berapi melalui peningkatan kesatuan tindakan, collaborative dynamic, disiplin, dan collaborative process.