Pekerja informal dianggap sebagai kontributor tingginya angka kecelakaan kerja, bahkan lebih tinggi dari pekerja formal. Pekerja informal umumnya memiliki kelebihan beban dan waktu kerja, sedangkan upah pekerja di bawah standar. Salah satu pekerja informal menurut Konvensi ILO No. 188 tahun 2007 adalah nelayan tradisional. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki jumlah nelayan tradisional sebanyak 2,2 juta orang pada tahun 2020. Pekerjaan sebagai nelayan informal memiliki risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang besar. Penelitian Tripathi et al. (2017) menunjukkan 55% nelayan tradisional mengeluhkan masalah kesehatan terkait pekerjaan dan lingkungan kerja. Penelitian Sholifah dan Hanafi (2017) menunjukkan 74,19% nelayan bekerja pada tingkat kebisingan melebihi nilai ambang (85 dB), 92,47% tidak menggunakan ear plug saat bekerja, dan 60,2% mengalami gangguan pendengaran. Tiga penelitian lainnya menunjukkan para nelayan tradisional melakukan tindakan unsafe action sebesar 60,4% di Maroko (Laraqui et al., 2017), hasil penelitian Bessie (2006) sebesar 78,3%, sedangkan di Pantura sebesar 85,7% (Latief et al., 2020).
Fenomena tersebut memberikan ide bagi Semuel Layuk, S.KM., M.Kes. melakukan penelitian untuk disertasinya. Dengan menggunakan The Integrated Theory of Health Behavior Change (ITHBC) yang dipadukan dengan teori penyebab kecelakaan kerja khususnya unsafe action sebagai penyebab langsung kecelakaan kerja, Semuel menambahkan dua variabel yaitu karakteristik individu dan akses informasi yang mempunyai pengaruh terhadap knowledge & beliefs, self-regulation skill & ability, social facilitation dan unsafe action. Penguatan juga dilakukan pada variabel social facilitation dengan pengkajian dukungan kelompok nelayan dan dukungan keluarga.
Penelitian bertujuan menyusun model unsafe action pada pekerja informal nelayan. Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional ini dilaksanakan di Kecamatan Belang di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Populasi adalah seluruh tenaga kerja informal yang bekerja penuh sebagai nelayan dan menggunakan perahu motor tempel dengan sampel sebesar 199 orang nelayan. Variabel yang diteliti meliputi variabel laten eksogen (karakteristik individu, akses informasi K3, knowledge and beliefs, self-regulation skill and ability, social facilitation dan variabel laten endogen yaitu unsafe action. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi langsung nelayan termasuk memeriksa perahu yang digunakan, dan melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik individu, akses informasi K3, knowledge and beliefs, self-regulation skill & ability, serta social facility berkontribusi dalam terjadinya unsafe action.
Karakteristik individu (umur dan lama kerja) berpengaruh secara tidak langsung terhadap terjadinya unsafe action melalui self-regulation skill & ability dan social facility, akses informasi K3 berpengaruh secara tidak langsung melalui knowledge and beliefs dan self-regulation skill & ability, sedangkan knowledge and beliefs berpengaruh secara langsung terhadap terjadinya unsafe action dan secara tidak langsung melalui self-regulation skill & ability. Dari semua faktor tersebut, knowledge and beliefs memiliki efek total terbesar terhadap terjadinya unsafe action.
Hasil penelitian menunjukkan pentingnya pembinaan K3 bagi pekerja informal, khususnya nelayan, dan pengembangan strategi atau pendekatan lebih efektif yang bersifat preventif dan promotif dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja nelayan.
Hasil penelitian disertasi ini dipertahankan dalam Ujian Doktor Terbuka pada tanggal 29 Agustus 2023 dan mengantarkan Semuel Layuk memperoleh gelar Doktor di bidang Kesehatan Masyarakat.
melalui mediator self-regulation skill & ability dan social facilitation (p=0,001). Akses informasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak memengaruhi unsafe action (p=0,157), memengaruhi langsung secara positif terhadap knowledge and beliefs (p=0,000), memengaruhi tidak langsung secara positif terhadap self-regulation skill & ability melalui mediator knowledge & beliefs (p=0,000), Knowledge & beliefs memengaruhi langsung secara negatif terhadap unsafe action (p=0,003), memengaruhi langsung secara positif terhadap self-regulation skill & ability (p=0,000). Social facilitation tidak memengaruhi self-regulation skill & ability (p=0,398), memengaruhi langsung secara negatif terhadap unsafe action (p=0,000) Self-regulation skill & ability memengaruhi langsung secara negatif terhadap unsafe action pada pekerja informal nelayan (p=0,005).
Temuan baru dalam penelitian ini yaitu tersusunnya model Unsafe Action berbasis The Integrated Theory of Health Behavior Change (ITHBC) pada pekerja informal nelayan dengan nama Model Tindakan Aman Pekerja Informal Nelayan (TAPIN). Temuan baru menegaskan perbedaan ITHBC dengan model TAPIN yaitu pada terdapat dua variabel baru yaitu karakteristik individu dan akses informasi kesehatan yang menjadi variabel eksogen. Variabel knowledge & belief, self-regulation skill & ability dan social facilitation menjadi variabel mediator, sedangkan pada kerangka teori ITBHC variabel eksogennya adalah knowledge & beliefs dan social facilitation, sedangkan self-regulation skill & ability menjadi variabel mediator. Model TAPIN variabel social facilitation mempunyai pengaruh langung ke variabel unsafe action, sedangkan pada model ITBHC social facilitation mempunyai pengaruh langsung ke self-regulation skill & ability. Model TAPIN didapatkan juga pengaruh tidak langsung melalui variabel karakteristik individu, akses informasi kesehatan dan knowledge & beliefs. Pengaruh paling besar terhadap unsafe action adalah social knowledge & beliefs (r= -0,638), selanjutnya social facilitation (r=-0,402), self-regulation skill & ability (r=-0,356), akses informasi K3 (r=-0,280) dan terakhir karakteristik individu (r=-0,193). Model TAPIN adalah penelitian pertama yang mengembangkan konsep ITBHC dengan subjek pekerja informal nelayan.
Saran perlu pengembangan metode penyuluhan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) bagi tenaga kerja informal nelayan baik kuantitas dan kualitas dengan melibatkan anggota keluarga. Kelompok nelayan perlu dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Perlu dikembangkan metode akses informasi kesehatan lebih sederhana disesuaikan dengan pendidikan dan budaya setempat. Selain itu diperlukan penelitian lanjutan dengan pengembangan pada variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap unsafe action termasuk penelitian intervensi dengan penguatan pada variabel yang mempunyai pengaruh paling kuat terhadap unsafe action.