Tingginya persalinan di rumah sebanyak 51 persen di negara Timor-Leste berkontribusi pada tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu sebesar 218 per 100.000 kelahiran hidup (Timor-Leste Demographic and Health Survey (TLDHS), 2016). Pada tahun 2020, AKI menurun menjadi 204 per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality Estimation Inter-Agency Group (MMEIG),2020) karena berakhirnya perang, dan peningkatan kesehatan masyarakat kemungkinan besar berkontribusi pada penurunan ini. Penyebab kematian ibu secara langsung seperti komplikasi obstetrik yakni perdarahan dengan rasio 50.2 persen, ekplamsi dan sepsis atau infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu hamil antara lain adalah menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dengan rasio 27 persen dan anemia dengan rasio 28 persen (TLDHS,2016). Hal ini menjadikan Timor-Leste sebagai negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia Pasifik (MMEIG),2020).
Tingginya persalinan di rumah disebabkan oleh beberapa masalah dalam mengakses pelayanan kesehatan sebanyak 56 persen ibu mengatakan memiliki kekhawatiran tentang ketersediaan perawatan kesehatan untuk diperlakukan dengan respect ketika mencari perawatan bila ada masalah kesehatan atau sakit (TLDHS 2016). Tingkat kematian ibu di rumah tinggi disebabkan oleh ibu dan keluarga takut mencari bantuan di fasiltas kesehatan karena perilaku petugas di ruang bersalin yang melakukan perlakuan disrespect dan abuse (Timor-Leste’s Maternal Death Review Report, 2018).
Disrespect dan abuse dalam persalinan sebagai interaksi atau kondisi fasilitas yang menurut konsensus lokal dianggap memalukan atau tidak bermartabat (Freedman et al., 2014). Tipe disrespect dan abuse yang dialami ibu bersalin selama berada dikamar bersalin antara lain: perawatan tanpa privasi dan kerahasiaan, kekerasan fisik, kekerasan verbal, diskriminasi, neglect dan abandone (Bohren et al., 2015). Berdasarkan penelitian (Freedman et al., 2014, Bohren et al.,2015) sikap perawatan disrespect dan abuse selama persalinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) disrespect oleh kebijakan (policy) adalah penyimpangan program respectful maternity care. (2) disrespect struktural yang merupakan penyimpangan dari standar yang diterima untuk infrastruktur, ketersediaan staf, ketersediaan peralatan dan persediaan yang diperlukan untuk memberikan perawatan, (3) faktor komunitas adalah penyimpangan dari standar hak asasi manusia karena adanya system patriarchal culture dalam masyarakat menggangap wanita atau istri sebagai subordinasi dalam keluarga yang membuatnya rentang terhadap kekerasan. Kekerasan itu terjadi apabila isteri lalai atau tidak melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya, bila tidak taat atau melalaikan atau tidak melakukan apa yang sudah menjadi aturan maka kekerasan itu menjadi suatu ajaran atau ganjaran. (4) faktor interpersonal adalah adanya interaksi petugas dan ibu bersalin baik melalui komunikasi dan dukungan emosional yang buruk, (5) factor ibu yaitu adanya karakteristik sosio-demografi dan obstetrik ibu bersalin berkontribusi terjadinya disrespect dan abuse.
Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya masalah disrespect dan abuse ketika ibu berada di kamar bersalin, namun sejauh ini belum ada yang meneliti atau menguji faktor yang mana yang paling dominan memengaruhinya. Penelitian ini mengembangkan konsep kerja WHO 2016 untuk persalinan normal tentang mutu atau kualitas pelayanan ibu bersalin, baik dari segi struktur (input) berupa kebijakan dan pada proses mutu perawatan dengan indikator yang meliputi ketersediaan sumber daya manusia terkait kompetensi dan kepedulian bidan dan keteresediaan sumber daya esensial fisik serta pengalaman perawatan di standar 4,5,6,7,8.
Terdapat kelemahan pada item dan tingkatan atau faktor dalam konsep kerja WHO
ini yang perlu dikembangkan dan di modifaksi untuk mencegah perlakuan disrespect dan abuse atau peningkatan perawatan respect dan dignity. Freedman et al., 2014 mengatakan bahwa agar bermanfaat dalam pratik pembuatan definisi disrespect dan abuse maka dibutuhkan blok bangunan terkait tingkat individu, tingkat struktural dan tingkat kebijakan yang menempatkan sesuai tugas masingmasing.
Jadi blok atau tingkatan ini sebagai alat yang efektif untuk membantu kita dalam memulai diskusi mengenai terjadinya perlakuan disrespect dan abuse di tingkat lokal, nasional dan global. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model pencegahan perlakuan disrespect dan abuse selama persalinan untuk peningkatan kepuasan dan well-being ibu nifas di Kabupaten Dili, Timor-Leste.
Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas dengan persalinan normal di wilayah Kabupaten Dili, Timor-Leste. Subjek penelitian sebanyak 150 orang ibu nifas dalam masa post-partum 2 minggu yang diambil secara proporsional random sampling. Lokasi penelitian yaitu di Puskesmas Becora dan Comoro dan Hospital Nasional Guido Valaders (HNGV) dengan angka persalinan tinggi di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Dili. Pengumpulan data melalui interview kuesioner, in-depth interview dan direct observasi dikamar bersalin. Data dianalisis dengan SEM- PLS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada model perlakuan disrespect dan abuse untuk peningkatan kepuasan dan well-being ibu nifas, terdapat 9 variabel yang masuk dalam model. Variabel disrespect dan abuse pada indikator privasi dipengaruhi secara langsung dari pengalaman keefektifan komunikasi (β: -3,365), yang artinya makin tinggi ketidakadaan privasi diikuti komunikasi bidan yang tidak baik. Pengaruh tidak langsung dari faktor keterampilan dan kepedulian bidan, serta kondisi sarana atau fasilitas tempat bersalin, melalui varaiabel antara pengalaman komunikasi bidan dan ibu. Outcome atau dampak dari proses persalinan adalah kepuasan, kesejahteraan fisik, kesejahteraan mental (depresi post-partum).
Dukungan keluarga (suami, orang tua dan saudara) berpengaruh pada kondisi fisik
postpartum (β:-0,380), artinya dukungan keluarga yang rendah akan meningkatkan
nyeri dan susah BAB yang diikuti kesejahteraan fisik ibu postpartum yang tidak baik. Depresi postpartum modus terbanyak ringan dan tidak ada yang berat.
Perawatan persalinan “Respect dan Dignity”, Freedom from harm dan mistreatment atau disrespect dan abuse belum dilaksanakan pada persalinan normal di fasilitas persalinan.
Kesimpulan: Buku Panduan WHO 2016, tentang perawatan persalinan “Respect dan Dignity”, freedom from harm dan mistreatment atau disrespect dan abuse belum dilaksanakan di Kabupaten Dili, Timor-Leste, khususnya persalinan normal di fasilitas kesehatan. Maka model peningkatan pelayanan persalinan normal yang respect dan dignity di Kabupaten Dili, Timor-Leste, sebagai naskah akademis untuk pembuatan kebijakan. Perlu di susun kebijakan untuk meningkatkan pelayanan yang respect dan care, sesuai dignity.